Puncak Musim Hujan Januari-Februari 2024
CIKARANG PUSAT – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, puncak musim hujan di Indonesia di sebagian besar wilayah diperkirakan akan terjadi pada awal 2024.
"Puncak musim hujan 2023/2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan terjadi pada Januari dan Februari 2024, yakni sebanyak 385 ZOM (55,08 persen)," ujarnya dalam rilis pada Selasa (7/11/2023).
"Jika dibandingkan terhadap normal puncak musim hujan, puncak musim hujan 2023/2024 di sebagian besar daerah diprakirakan sama dengan normalnya, yaitu sebanyak 351 ZOM (50,21 persen)," sambungnya.
Sedangkan wilayah lainnya, kata Dwikorita, diperkirakan mundur dari waktu normalnya, yaitu sebanyak 203 ZOM (29,04 persen) dan maju terhadap normal yaitu sebanyak 145 ZOM (20,74 persen). Zona Musim (ZOM) adalah daerah atau wilayah yang dibedakan berdasarkan pola klimatologi curah hujan atau rata-rata 30 tahun dan setidaknya memiliki satu musim. Dalam hal ini bisa musim hujan sepanjang tahun atau sebaliknya musim kemarau sepanjang tahun.
Dwikorita mengatakan, durasi musim hujan 2023/2024 di sebagian besar wilayah diprakirakan terjadi selama 10-24 dasarian yaitu sebanyak 430 ZOM (61,52 persen). Dasarian adalah satuan waktu meteorologi, yang lamanya adalah sepuluh hari.
"Bila dibandingkan terhadap normal durasi musim hujan, durasi musim hujan 2023/2024 di sebagian besar daerah Indonesia diprakirakan lebih pendek terhadap normal yaitu sebanyak 439 ZOM (62,80 persen)," terang dia.
Selain itu ia meminta warga untuk mewaspadai kemungkinan terjadi cuaca ekstrem pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau.
“Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan mulai hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es,” terangnya.
Berikut beberapa wilayah yang sudah masuk musim hujan pada November-Desember 2023: November Sumatera Selatan Lampung Sebagian besar Banten Jakarta Jawa Barat Sebagian besar Jawa Tengah Sebagian Jawa Timur Bali Sebagian kecil NTB Sebagian kecil NTT Sulawesi Utara Gorontalo Sebagian Sulawesi Tengah Sebagian besar Sulawesi Selatan Maluku Utara Papua Selatan.
Desember Jawa Timur bagian utara Sebagian wilayah NTB Sebagian NTT Sebagian besar Sulawesi Tenggara Sebagian Maluku. (*)
EDITOR: TATA JAELANI
Bisnis.com, MAKASSAR - Hujan akhirnya mengguyur Kota Makassar serta sebagian wilayah Kabupaten Maros dan Gowa, Sulawesi Selatan (Susel) pada Senin (23/10/2023) sore. Berdasarkan pantauan, hujan yang turun pertama kali pasca kemaruau ini berintensitas ringan dengan disertai petir dan awan tebal.
Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar Agusmin Hariansah mengatakan kondisi ini mengindikasikan wilayah Sulsel terutama bagian selatan telah mulai masuk masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Hal tersebut ditandai dengan terpantaunya awan Cumulonimbus yang mulai tumbuh dan mengarah ke langit Makassar.
Saat ini terpantau terdapat awan cumulonimbus yang tumbuh di atas wilayah Makassar dan sekitarnya, dimana awan tersebut dapat mengakibatkan hujan sedang disertai kilat atau petir dan angin kencang secara tiba-tiba. Namun jika hujan disertai petir yang terjadi seperti ini kemungkinan tidak berlangsung berturut-turut di hari berikutnya karena hanya merupakan salah satu tanda peralihan ke musim hujan.
"Awan cumulonimbus atau awan tumpukan akan membawa hujan besar yang masuk ke wilayah Makassar dan sekitarnya, itu merupakan hal normal dan tentunya sebagai masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan," jelas Agusmin di Makassar, Senin (23/10/2023).
Kondisi ini tentu bisa menjadi angin segar bagi kondisi iklim Makassar dan sekitarnya dan beberapa bulan belakangan mengalami kekeringan. Pemerintah Provinsi Sulsel bahkan sebelumnya telah menetapkan tiga daerah di wilayahnya masuk status tanggap darurat, yaitu Kota Makassar, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Jeneponto.
Status tersebut ditetapkan menyusul kekeringan yang melanda di daerah tersebut akibat dampak fenomena El Nino.
"Kekeringan sudah menyebabkan krisis air yang memberikan dampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Oleh karena itu kami mulai meningkatkan status daerah-daerah itu menjadi tanggap darurat," ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel Amson Padolo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Sejumlah wilayah di Indonesia sudah mulai memasuki musim hujan. Namun, kapan puncak musim hujan di Indonesia?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap saat ini sejumlah wilayah mulai masuk awal musim hujan. Menurut BMKG awal musim hujan tidak berjalan serentak di seluruh daerah Indonesia.
"Musim hujan 2024-2025 telah terjadi di sebagian kecil wilayah pada bulan Agustus 2024. Kemudian diprediksi akan terjadi di sebagian besar wilayah lainnya pada bulan September hingga November 2024," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers Kamis (19/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwikorita mengatakan pihaknya memprakirakan puncak musim hujan 2024-2025 akan terjadi antara November hingga Februari.
Menurut BMKG sebanyak 303 zona musim (ZOM) atau 43,45 persen wilayah Tanah Air akan mengalami puncak musim hujan pada November hingga Desember. Wilayah yang akan mengalami puncak musim hujan pada periode ini di antaranya Pulau Sumatra, Jawa pesisir selatan, dan Kalimantan.
"Namun demikian juga terdapat sebanyak 250 zona musim atau 35,77 persen dari zona musim yang diprediksi akan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari-Februari 2025, yaitu Lampung, Pulau Jawa bagian utara, sebagian kecil Pulau Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian besar Papua," tutur dia.
Awal musim hujan di Tanah Air diperkirakan bervariasi, dimulai dengan wilayah Sumatra bagian barat pada Agustus lalu.
Kemudian, kata Dwikorita, musim hujan meluas secara bertahap ke wilayah timur hingga Desember.
Dari total 699 zona musim (ZOM), Dwikorita menyebut 75 ZOM atau 10,7 persen wilayah memasuki musim hujan di September.
Kemudian, 210 ZOM atau 30,04 persen wilayah Tanah Air akan memasuki musim hujan pada Oktober, dan 181 ZOM atau 25,9 persen wilayah akan memasuki musim hujan pada November.
Lalu, terdapat 113 ZOM atau 16,2 persen wilayah yang memiliki pola musim hujan yang berlangsung sepanjang tahun atau yang disebut wilayah satu musim.
Secara umum, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim hujan pada Oktober hingga November.
"Dibandingkan rata-ratanya, musim hujan 2024-2025 akan datang lebih awal dari biasanya," tutur Dwikorita.
Lebih lanjut, sifat musim hujan 2024-2025 diprediksi akan berada pada kategori normal. Artinya, kondisi musim hujan ini tidak terlalu basah maupun terlalu kering.
Meski secara umum sifatnya normal, ada beberapa wilayah yang akan mengalami musim hujan lebih basah.
Dwikorita mengimbau semua pihak, baik kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, instansi terkait, serta seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi selama periode musim hujan di wilayah-wilayah tersebut.
"Wilayah tersebut berpotensi mengalami peningkatan risiko bencana banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, termasuk angin kencang, kilat petir. Ini juga perlu diperhatikan," terangnya.
HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Forecaster Staklim Sulsel BMKG Wilayah IV Makassar, Vidyana Andika menyebut, puncak musim hujan di Makassar diperkirakan akan terjadi pada Januari 2025.
“Di bulan Januari 2025, sebanyak 20, 83 persen wilayah mengalami puncak musim hujan,”jelasnya, Minggu (1/10/2024).
Selain Makassar, ada juga Jeneponto, Maros, Pangkep, Takalar, sebagian besar Gowa, bagian selatan Barru dan Soppeng serta bagian barat Bone dan Bantaeng.
Baca Juga : Pjs Wali Kota Makassar Pimpin Rakor Sabtu Bersih, Antisipasi Banjir dan Jaga Kebersihan Lingkungan
Sebelum itu, pada Oktober 2024, sudah ada 4,17 persen wilayah Sulawesi Selatan yang mengalami puncak musim hujan salah satunya yakni bagian selatan Luwu.
“Pada November juga ada 4,17 persen yakni bagian selatan Enrekang, sebagian tengah Luwu dan bagian utara Sidrap,”
Bulan Desember ada 12,5 persen wilayah yang meliputi seluruh wilayah Parepare dan Selayar, bagian utara Barru, bagian selatan Pinrang, bagian barat Soppeng dan Sidrap.
Baca Juga : Gempa Magnitudo 4,4 Guncang Bali hingga Lombok
“Pada Februari ada 4,17 persen wilayah yang meliputi sebagian kecil utara Luwu dan sebagian besar Luwu Utara,”
Sementara itu, April 2025 sebanyak 12,5 persen yaitu seluruh wilayah Luwu Timur, sebagian besar Toraja Utara dan Palopo, bagian utara dan barat Luwu Utara, sebagian kecil utara Luwu dan Tana Toraja.
Kemudian, pada Mei 2025 sebanyak 12,5 persen wilayah yang mencakup bagian timur Bone dan Bulukumba, bagian barat Pinrang dan Tana Toraja, serta bagian timur laut Sinjai.
Baca Juga : Prakiraan Cuaca Kota Makassar dan Sekitarnya Hari ini 15 April 2024: Diprediksi Hujan
“Pada Juni 2025 ada 29,17 persen wilayah yang mencakup sebagian besar Bantaeng, Sinjai, Soppeng, Tana Toraja, Wajo, bagian utara dan barat daya Bone, bagian barat Bulukumba dan Sidrap, bagian utara Enrekang, bagian tengah Luwu, bagian selatan Palopo dan Toraja serta bagian timur Gowa dan Pinrang,”
Meski telah memaparkan prediksi BMKG, Vidyana meminta seluruh masyarakat untuk tetap memperhatikan prakiraan cuaca untuk lebih memastikan kepastian.
“Tentu saja selalu menyiapkan diri baik petani atau bukan, dan baik itu musim kemarau atau hujan, harus selalu siaga, pastiin informasi yang diterima dari data yang valid,” pungkasnya.
Baca Juga : Update, BMKG Prediksi Hari Idulfitri Makassar akan Diwarnai Hujan Ringan
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
RECO Luncurkan RECOllection, Target Daur Ulang 3.000 Ton Sampah Plastik...
Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) saat ini mulai diguyur hujan pada siang hingga sore hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah IV menyebut Makassar akan masuk puncak musim penghujan pada Januari 2024 mendatang.
"Makassar sendiri puncak musim hujannya bulan Januari," ujar Prakirawan BMKG Makassar Asriani Idrus kepada detiSulsel, Minggu (26/11/2023).
Asriani mengatakan puncak musim penghujan ditandai dengan curah hujan yang meningkat atau durasi hujan akan lebih lama dari sebelumnya. Hal itu diprakirakan akan terjadi jelang akhir tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin Desember ke Januari (hujan turun mulai pagi)," katanya.
Sementara itu, Asriani mengungkapkan bahwa saat ini durasi hujan di Makassar masih tergolong singkat. Hujan masih terjadi di waktu tertentu lantaran masih awal pergantian musim.
"Iya sudah (masuk musim penghujan) November. Awal-awal itu biasa ciri-cirinya seperti ini, hujannya siang sore hari," ungkapnya.
Hujan yang turun di Makassar saat ini selalu disertai dengan petir. Fenomena cuaca seperti ini disebabkan oleh pertumbuhan awan cumulonimbus (CB) yang signifikan.
"Untuk pertumbuhan awannya saat ini udah signifikan. Kalau hujan yang disertai petir, kilat, dan guntur itu biasanya ciri-ciri hujan yang turun berasal dari awan cumulonimbus (CB)," jelas Asriani.
Untuk diketahui, beberapa hari ke depan, Makassar masih akan terus diguyur hujan pada siang hingga sore hari. Diprediksi intensitas hujannya ringan hingga sedang.
"Untuk tiga hari ke depan dulu yah, kalau tiga hari ke depan itu masih berpotensi hujan dari siang, sore hari dan juga mungkin malam hari," pungkasnya.
FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV memprediksi musim hujan terjadi hingga Juni 2024 mendatang. Khusus di Makassar, puncak musim hujan terjadi pada awal Januari.
Subkoordinator Pelayanan BBMKG IV, Rezky Yudha mengatakan, untuk puncak musim hujan di wilayah Sulsel bagian utara, diprakirakan terjadi Maret. Sedangkan Sulsel bagian timur, terjadi pada Juni.
"Sulsel bagian barat (seperti Makassar) secara umum pada Januari," ujarnya, Minggu, 3 Desember.
Rezky menambahkan, saat ini Makassar telah masuk dalam awal musim hujan. Seperti yang terjadi kemarin, hujan turun hampir secara merata di sore hari.
"Hujan sekarang kan terjadi itu bisa sedang hingga lebat, tapi itu terjadi siang dan sore. Nanti saat puncaknya, di Sulsel bagian barat masuk Makassar ini hujannya terjadi dari pagi hingga dinihari," bebernya.
Selain hujan, prakirawan BMKG Makassar juga mencatat, kecepatan angin pada awal musim hujan termasuk tinggi. Hal itu diakibatkan karena awan kumulonimbus.
"Karena skala ruang itu sempit, dan hanya ada beberapa wilayah saja yang mengalami angin kencang, dan ini karena awan tadi," papar Rezky.
"Tapi nanti (diperkirakan) pada Januari itu karena angin monsun Asianya sudah kuat, sehingga wilayah atau skalanya akan lebih luas. Seperti nanti di wilayah Sulsel bagian barat dari wilayah pesisir Parepare sampai Makassar itu akan kencang," tambahnya.
Saat memasuki puncak musim hujan, seperti wilayah Makassar di bulan Januari, biasanya terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir, petir, kilat, hingga angin puting beliung.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hujan mengguyur beberapa wilayah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Selasa (15/10/2024) siang.
Di depan Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Jl Sultan Alauddin, hujan terpantau cukup deras hingga menyebabkan genangan air di beberapa ruas jalan.
Tak hanya di wilayah selatan, hujan juga melanda bagian utara kota, seperti di Kecamatan Ujung Tanah dan kawasan kantor Gubernur Sulsel di Jl Urip Sumoharjo.
Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar memastikan bahwa hujan ini bukan pertanda datangnya musim penghujan.
Menurut Staf Prakiraan Cuaca BMKG, Farid, hujan tersebut dipicu oleh dua fenomena cuaca yang sementara, dan prediksi cuaca ke depan menunjukkan kondisi kering kembali.
Baca juga: Makassar Diprediksi Hujan 2 Hari, Puncaknya Januari 2025
"Hujan yang terjadi hari ini di Makassar bukanlah pertanda musim hujan. Berdasarkan prediksi, kondisi akan kembali kering mulai besok hingga 23 Oktober," kata Farid saat dikonfirmasi.
Ia menambahkan bahwa musim penghujan di Kota Makassar diperkirakan baru akan dimulai pada akhir Oktober 2024.
Sementara itu, Farid menjelaskan dua fenomena yang memicu terjadinya hujan pada siang ini.
Pertama, suhu muka laut yang tinggi di Selat Makassar yang memicu hujan.
“Kedua, adanya fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), atau gelombang awan hujan dari arah barat," jelas Farid.
Meskipun hujan cukup deras, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak dan tetap mengikuti perkembangan informasi prakiraan cuaca. (*)